Gurih dan Pedas! Makanan Tradisional yang Unik Tidak Kalah Menarik Dengan Makanan Modern

 


Jawa Timur merupakan salah satu surga kuliner yang ada di Indonesia. Kalau kamu sedang berada di Sidoarjo dan sekitarnya, Kamu wajib mencicipi makanan unik satu ini. Ya, Marlung dan Marsus namanya. Street food tradisional ini sudah tidak asing bagi lidah masyarakat Sidoarjo. Marlung dan Marsus merupakan singkatan dari Martabak Balung(tulang) dan Martabak Usus. Dinamakan demikian karena camilan ini bebahan dasar tulang ayam dan usus yang dibungkus dengan kulit dari tepung.  Dibumbui dengan banyak rempah-rempah yang kuat dan khas sehingga cocok dengan selera masyarakat i Sidoarjo yang suka makanan pedas dan gurih . Dengan harga seribu rupiah kamu bisa menikmati Marlung dan Marsus, jajanan tradisional yang cukup unik dan tidak menguras kantong, bahkan kamu bisa menikmatinya dengan sepiring nasi hangat.  



MameruMakan.com berkesempatan mengunjungi salah satu kedai yang menjual Marsus dan Marlung ini. Kedai ini bernama Martabak Milenial Mbak Yuli yang berada di Desa Junwangi, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo.  Rupanya saat berada di lokasi, kami harus menunggu sekitar 15 menit hingga pesanan jadi karena antre yang lumayan banyak. Kedai Martabak Milenial Mbak Yuli menjadi tempat favorit bagi pecinta kuliner ini, karena cita rasa yang  gurih dan pedas memanjakan lidah. Eits, jangan menilai berdasarkan penampilan luarnya saja kualitas jajanan ini selalu diperhatikan, karena Yuli selaku owner mengatakan bahwa ia selalu menggunakan bahan yang fresh. Di kedai ini tidak hanya Marlung dan Marsus aja lho,disini menyediakan Marmur (Martabak Jamur) dan Marmi (Martabak Mie) juga sebagai pendampingnya. 

“Saya berjualan sekitar 4 tahun yang lalu (2019). Pada awalnya saya hanya penasaran dengan makanan ini, lalu saya mencoba membuat dan membagikan ke tetangga-tetangga. Ternyata dapat respon baik dan enak. Barulah saya menjual Marlung dan Marsus ini” ujar Yuli.

Ternyata perjalanan untuk berjualan tidaklah mudah ketika ada Covid-19, Yuli harus gulung tikar selama 6 bulan dengan alasan kedai sepi. 

“Kan pendapatan pelanggan juga menurun bahkan banyak yang di PHK. Ini bisa jadi faktor kedai saya sepi. Di sisi lain juga karena lockdown jadi aktivitas keluar rumah sangat terbatas” kata Yuli

Setelah bencana Covid-19, Yuli berinisiatif untuk meningkatkan value dan inovasi baru pada usahanya. Maka dari itu, muncul ide dengan menjual Marmur dan Marmi. 

”Orang yang jualan Marlung dan Marsus saat itu sudah banyak mas. Jadi mau tidak mau harus ada sesuatu yang berbeda. Saat itulah saya mencoba mengolah jamur karena karakteristiknya tidak jauh beda dengan usus” kata Yuli.

“Alhamdulillah dengan berjualan ini bisa membantu perokonomian keluarga. Membantu suami juga. Sehari kalau kebetulan ramai bisa mencapai 135 ribu rupiah. Kalau sepi ya bisa dibawah 50 ribu ripiah” ujarnya. 


23041184390

Mochammad Daky Mameru Alam

Comments